Skip to main content

Budaya Sekolah e-Learning

Akhir-akhir ini perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat dan hampir setiap kegiatan manusia tidak bisa lepas dari peran perangkat teknologi dan informasi. Sebagai contoh adalah komputer dan gadget lainnya. Meskipun tidak semua orang telah menggunakan sepenuhnya, tetapi ketergantungan terhadap perangkat ini membuat manusia menjadikan prioritas dalam memenuhi kebutuhan aktivitas setiap harinya. Dampak ini pun terjadi di lingkungan sekolah, setiap Kepala Sekolah menginginkan adanya kemajuan yang dimiliki sekolah sehingga bersama guru mengembangkan sekolah dengan infrastruktur teknologi dan informasi terbaru dan terbaik. Efeknya pun tidak sampai disitu saja, bagi siswa pun dilibatkan dalam proses penggunaan teknologi di kelas dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penggunaan teknologi komputer atau smartphone berbasis android yang menjamur saat ini di Indonesia memang membuka ruang inovasi dan kreativitas, kalau di sekolah bukan hanya guru, tetapi juga siswa. Hal ini yang menjadi rasional menarik sehingga penggunaan komputer, laptop, tablet, dan gadget lainnya menjadi sesuatu yang tidak bisa terelakkan lagi. Tidak menggunakannya seakan mengalami ketertinggalan dari sudut pandang era modern saat ini.
Efek lahir dan berkembangnya perangkat teknologi tersebut sehingga menginisiasi berbagai inovasi dalam pembelajaran, seperti misalnya e-learning, virtual learning environment, atau blended learning. Eksistensi inovasi ini mendukung kegiatan pembelajaran interaktif, efektif, dan menyenangkan. Seperti yang kita ketahui bahwa e-learning merupakan kegiatan belajar dan mengajar menggunakan media elektronik dan memerlukan teknologi informasi dan komunikasi yang dikombinasikan dengan media elektronik (Simonson, Smaldino, Albright, & Zvacek, 2000; Kok, 2013). Untuk implementasi pendidikan, kegiatan pembelajaran yang melibatkan e-learning menempatkan guru sebagai fasilitator pembelajaran. Peran guru dalam memfasilitasi siswa perlu dilakukan sebab siswa memerlukan kemandirian dalam membangun pengetahuan yang dimilikinya. Pengalaman pembelajaran yang mereka peroleh dari berbagai jenjang pendidikan yang diikuti merupakan bagian dari proses pembelajaran yang perlu ditindaklanjuti dengan proses melengkapi dan memperbaiki. e-Learning yang membudaya merupakan salah satu usaha yang menempatkan guru, siswa, dan teknologi yang digunakan untuk memfasilitasi pengalaman belajar (Simonson et al., 2000; Kok, 2013).
Budaya e-Learning atau budaya sekolah e-Learning merupakan suatu perubahan yang ditunjukkan dengan inisiatif dan kreativitas yang diperlukan oleh seluruh pihak yang berkepentingan terhadap sekolah. Para pengambil kebijakan di sekolah perlu memahami pentingnya perubahan. Perubahan bukan hanya sekedar diubah tetapi efek yang timbul setelahnya perlu dipikirkan sehingga para pemegang kebijakan di sekolah ketika akan melakukan perubahan tersebut harus mengetahui dimana dan siapa yang terkena dampak perubahan itu (Waters, Marzano, & McNulty, 2003).
Dua faktor yang lazim mempengaruhi perubahan di sekolah adalah secara eksternal dan internal. Untuk lingkup internal, kesiapan pengambil kebijakan dalam usaha membudayakan e-learning di sekolah yang dilakukan perlu didukung oleh guru dan siswa, serta infrastruktur yang menjadi bagian dari usaha tersebut. Poin utama dari hal ini adalah pentingnya komunikasi yang harus dijalin oleh pengambil kebijakan sebelum melaksanakan program yang dicetuskan. Begitu pula secara eksternal, dukungan dari berbagai pihak termasuk yang menyandang proyek infrastruktur e-learning tersebut yang selanjutnya didukung pihak pengguna, apakah operator telah siap untuk itu? Tidak jarang sekolah harus mengadakan operator sebagai pengelola dan pengolah kegiatan yang dilaksanakan dalam program e-learning. Namun, tidak harus bergantung pada operator sehingga guru diperlukan turut aktif membangun pengetahuan mereka sedemikian sehingga tiba saatnya posisi operator juga disandang.
Secara keseluruhan, budaya sekolah e-learning saat ini menjadi penting tetapi bagi sekolah secara total harus menyiapkan dengan memperhatikan efek pengiring dari budaya ini. Selain itu, dukungan dari berbagai pihak baik lokal maupun luar menjadi penting untuk mendukung seluruh pelaksanaan program yang berkaitan budaya tersebut.
  • Simonson, M., Smaldino, S., Albright, M., and Zvacek, S. (2000). Teaching and learning at a distance: Foundations of distance education. (5th ed.). Upper Saddle River, NJ: Merrill.
  • Waters, T., Marzano, R., & McNulty, B. (2003). Balanced leadership: What 30 years of research tells us about the effect of leadership on student achievement. MCREL, pp. 1-19. Retrieved from http://www.educationalleaders.govt.nz/content/download/499/3898/balanced-leadership.pdf
  

Comments

Popular posts from this blog

Side (Sisi) vs Edge (Sisi)

Sisi vs sisi dalam matematika secara kata memiliki muatan huruf yang sama yaitu s dan i. Namun, sisi yang pertama tidak sama dengan sisi yang kedua. Sisi yang pertama dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan kata side, sedangkan sisi yang kedua bisa juga dikenal dengan kata tepi dalam bahasa Inggris disebut edge. Selanjutnya fokus pada dua kata yaitu side dan edge. Kedua kata ini biasanya digunakan dalam pembelajaran bangun datar atau bangun ruang. Untuk bangun datar, unsur yang dimiliki diantaranya adalah sisi, titik sudut, dan sudut. Ketiga unsur ini yang dengan mudah dapat ditemukan pada poligon konveks. Seperti yang kita ketahui bahwa bangun datar yang termasuk poligon konveks adalah mereka yang memiliki sisi lurus paling sedikit tiga. Dengan begitu, semua segitiga dan ragamnya termasuk dalam kelompok poligon. Begitu juga dengan segiempat, segilima, segienam, dan seterusnya yang biasa kita sebut dengan segi-n. Bagaimana dengan lingkaran, elips, atau oval, apakah ketiga figura-...

Media Pembelajaran Manipulatif

Untuk melengkapi perkuliahan Media Pembelajaran Manipulatif, Rencana Pembelajaran Semester mata kuliah ini dapat dilihat di RPS MPM Media pembelajaran manipulatif adalah suatu media yang dikembangkan untuk membantu peserta didik memahami konsep pembelajaran yang diberikan. Media manipulatif juga merupakan alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik untuk memahami materi pembelajaran. Dengan begitu, koneksi antara media pembelajaran dengan materi pembelajaran harus saling terintegrasi. Hal ini bertujuan agar peserta didik memperoleh penjelasan yang jelas dan tepat cukup dengan menggunakan media tersebut. Selain itu, penggunaan manipulatif dalam konteks ini dimaksudkan agar peserta didik juga terlibat aktif di dalam memahami, menggunakan, hingga mengembangkan konsep tersebut. Sebagai contoh, misalnya pembelajaran matematika, tidak dipungkiri bahwa masih banyak siswa yang tidak mudah memahami konsep pembelajaran yang terdapat di dalam subjek ini. Selain karena konsep abstr...

Revisi Kurikulum 2013

Seperti yang kita ketahui dalam matakuliah Pengembangan Program Pembelajaran Matematika (P3M) selalu dilakukan pengkajian terhadap kurikulum yang berlaku saat ini di Indonesia. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terakhir yang diterapkan di sekolah, meskipun tidak semua sekolah dapat menerapkannya dengan baik dan efektif. Untuk itu, sebagai calon guru di sekolah, mahasiswa yang memprogramkan matakuliah P3M akan disajikan materi pengkajian tentang Kurikulum 2013. Untuk mendukung pemahaman terhadap kurikulum 2013, selain bisa mencari dan membaca referensi lain yang berkaitan. Laman ini menyiapkan bahan presentasi yang berjudul " Revisi Kurikulum 2013 (Kompetensi, Materi, Pembelajaran, dan Penilaian) ". Sebagai gambaran pada slides presentasi tersebut, tersaji pengantar yang berkaitan tentang tingkatan taksonomi berpikir (Anderson, 2001), substansi perbaikan dokumen kurikulum 2013, pengembangan kompetensi pada kurikulum, perubahan paradigma pembelajaran, pengembangan pembelajar...