Skip to main content

Antara Mainan dan YouTube

Seperti yang tampak dari tayangan di atas,  hadiah mainan yang diberikan oleh orang tua kepada mereka sebaiknya tidak hanya membuat mereka senang bermain. Mendapat mainan memang menyenangkan karena merupakan hadiah yang secara naluri kemanusiaan membuat perasaan menjadi senang. Namun, sayang kalau hanya satu sisi saja yang tersentuh oleh hadiah mainan tersebut. Hal ini yang menantang dan menarik bagi anak dan orang tua, sisi yang lain apa saja? mungkin demikian pertanyaan yang muncul.
Pertanyaan yang lain itu dapat berupa sejauhmana mainan itu mampu mengekplorasi kemampuan anak-anak kita? Apakah mereka tahu apa yang mereka mainkan? Apa mereka mampu menjelaskan mainan itu? dan lain sebagainya. Ketika anak-anak kita mampu untuk menjawab atau menunjukkan jawaban dari pertanyaan tersebut, bukan tidak mungkin dari mainan tidak hanya menyenangkan tetapi juga mencerdaskan mereka.
Saat ini, media sosial juga tidak hanya menjadi sarana untuk bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain, pihak lain, atau komunitas lain. Media sosial dapat berperan sebagai sarana untuk menempa dan meningkatkan kemampuan setiap insan yang menjadi penggunanya. Misalnya, YouTube yang menjadi tempat bagi penggunanya untuk mengunggah dan mengunduh video yang berkaitan dengan ketertarikan mereka. Media YouTube ini juga dapat diarahkan kepada anak-anak untuk melatih kemampuan mereka, misalnya kepercayaan diri dan kemampuan demonstrasi.
pertama adalah kepercayaan diri. Tidak boleh dianggap sepele hal ini karena tidak jarang anak juga kesulitan dalam membangkitkan kepercayaan diri mereka. Padahal faktor internal ini berperan dalam meningkatkan kemampuan anak dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Ketika kepercayaan diri tidak terbentuk, tidak menutup kemungkinan akan menjadi masalah untuk berbagai aspek yang lain. Dengan meminta kepada anak untuk membuat video tentang diri mereka, mainan mereka, bagaimana mereka menjelaskan cara menggunakan mainan mereka, dan lainnya. Kegiatan seperti ini akan menempa rasa percaya diri dan mematangkan kepercayaan diri tersebut. Ketika ada peristiwa lain dimana momentum kepercayaan diri teruji, tidak perlu dirisaukan lagi atau dimulai dari nol lagi ketika anak-anak telah terbiasa dengan berbagai tekanan dalam peristiwa atau kegiatan tersebut.
Selanjutnya adalah kemampuan demonstrasi. Belakangan ini istilah demonstrasi merupakan sesuatu yang tidak menarik dibahas seiring peristiwa yang dikaitkan dengan kegiatan jalanan, protes, menghalau jalan, dan lainnya. Sejatinya, demonstrasi juga dapat diartikan sebagai peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Ketika anak-anak kita mendapat hadiah mainan, kemudian diminta kepada mereka untuk mendemonstrasikan mainan tersebut dan berkeingan untuk diunggah ke media YouTube. Aktivitas ini tentu akan menempa satu kemampuan yang merupakan skill yang sangat dibutuhkan anak, yaitu kemampuan demonstrasi. Dengan begitu, tidak perlu lagi menyiapkan pertemuan khusus, kursus khusus, atau bahkan sekolah khusus untuk melatih kemampuan demonstrasi anak-anak. Dengan meminta mereka mendemonstrasikan hadiah mainan yang diberikan, apalagi direkam menjadi video dan diunggah ke YouTube tidak hanya menjadi kenangan, bahkan menjadi inspirasi bagi orang lain.
Dengan demikian, jangan hanya melihat hadiah mainan sebagai sesuatu untuk menyenangkan anak-anak saja. Gunakan kelebihan mainan itu untuk melatih dan membentuk kelebihan anak-anak kita. Padu dengan media sosial agar tidak menjadi video kenangan saja, tetapi menginspirasi banyak orang untuk pahala pembelajaran terbaik. Semoga bermanfaat!   

Comments

Popular posts from this blog

Side (Sisi) vs Edge (Sisi)

Sisi vs sisi dalam matematika secara kata memiliki muatan huruf yang sama yaitu s dan i. Namun, sisi yang pertama tidak sama dengan sisi yang kedua. Sisi yang pertama dalam istilah bahasa Inggris dikenal dengan kata side, sedangkan sisi yang kedua bisa juga dikenal dengan kata tepi dalam bahasa Inggris disebut edge. Selanjutnya fokus pada dua kata yaitu side dan edge. Kedua kata ini biasanya digunakan dalam pembelajaran bangun datar atau bangun ruang. Untuk bangun datar, unsur yang dimiliki diantaranya adalah sisi, titik sudut, dan sudut. Ketiga unsur ini yang dengan mudah dapat ditemukan pada poligon konveks. Seperti yang kita ketahui bahwa bangun datar yang termasuk poligon konveks adalah mereka yang memiliki sisi lurus paling sedikit tiga. Dengan begitu, semua segitiga dan ragamnya termasuk dalam kelompok poligon. Begitu juga dengan segiempat, segilima, segienam, dan seterusnya yang biasa kita sebut dengan segi-n. Bagaimana dengan lingkaran, elips, atau oval, apakah ketiga figura-

Budaya Sekolah e-Learning

Akhir-akhir ini perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat dan hampir setiap kegiatan manusia tidak bisa lepas dari peran perangkat teknologi dan informasi. Sebagai contoh adalah komputer dan gadget lainnya. Meskipun tidak semua orang telah menggunakan sepenuhnya, tetapi ketergantungan terhadap perangkat ini membuat manusia menjadikan prioritas dalam memenuhi kebutuhan aktivitas setiap harinya. Dampak ini pun terjadi di lingkungan sekolah, setiap Kepala Sekolah menginginkan adanya kemajuan yang dimiliki sekolah sehingga bersama guru mengembangkan sekolah dengan infrastruktur teknologi dan informasi terbaru dan terbaik. Efeknya pun tidak sampai disitu saja, bagi siswa pun dilibatkan dalam proses penggunaan teknologi di kelas dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penggunaan teknologi komputer atau smartphone berbasis android yang menjamur saat ini di Indonesia memang membuka ruang inovasi dan kreativitas, kalau di sekolah bukan hanya guru, tetapi juga siswa. Hal ini

Media Pembelajaran Manipulatif

Untuk melengkapi perkuliahan Media Pembelajaran Manipulatif, Rencana Pembelajaran Semester mata kuliah ini dapat dilihat di RPS MPM Media pembelajaran manipulatif adalah suatu media yang dikembangkan untuk membantu peserta didik memahami konsep pembelajaran yang diberikan. Media manipulatif juga merupakan alat bantu pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik untuk memahami materi pembelajaran. Dengan begitu, koneksi antara media pembelajaran dengan materi pembelajaran harus saling terintegrasi. Hal ini bertujuan agar peserta didik memperoleh penjelasan yang jelas dan tepat cukup dengan menggunakan media tersebut. Selain itu, penggunaan manipulatif dalam konteks ini dimaksudkan agar peserta didik juga terlibat aktif di dalam memahami, menggunakan, hingga mengembangkan konsep tersebut. Sebagai contoh, misalnya pembelajaran matematika, tidak dipungkiri bahwa masih banyak siswa yang tidak mudah memahami konsep pembelajaran yang terdapat di dalam subjek ini. Selain karena konsep abstr